Temu Nasional Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri

riqu c riaub riauu

Grand Jatra Hotel, Pekanbaru, 19-21 April 2016

Dalam rangka peningkatan sistem penjaminan mutu Perguruan Tinggi, STAIN Ponorogo selalu komitmen dengan penguatan kualitas SDM-nya. Pada hari Selasa-Kamis 19-21 April 2016 STAIN Ponorogo mengutus dua orang kepala pusat penjaminan mutu, Iza Hanifuddin, Ph.D., dan Dr. Nur Kolis, M.Ag. untuk mengikuti Rapat Koordinasi Nasional Penjaminan Mutu PTKIN di Pekanbaru. Temu Nasional yang diselenggarakan oleh Direktorat Pendidikan Tinggi Islam Kementerian Agama ini dilaksanakan oleh panitia lokal UIN Sutan Syarif Kasim Riau dengan menempati Hotel Grand Jatra Jl. Tengku Zainal Abidin Pekanbaru sebagai arena kegiatan. Kegiatan ini bertujuan untuk mengawal sistem jaminan mutu agar berjalan sesuai tahapan mutu secara sistemik dan berkelanjutan. Selain itu, kegiatan ini juga dijadikan sebagai ajang pertemuan pegiat mutu di lingkungan perguruan tinggi keagamaan Islam se-Indonesia dalam bentuk forum silaturrahim yang dipandegani oleh Dr. Sururin dari UIN Jakarta. Oleh karena itu, forum ini dihadiri oleh masing-masing utusan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri se-Indonesia dengan paling tidak empat orang utusan per-perguruan tinggi yang terdiri dari Ketua Penjaminan Mutu, Sekretaris, dan dua orang kepala pusat penjaminan mutu. Seluruh perguruan tinggi keagamaan Islam negeri mengirimkan utusannya sehingga total beserta yang hadir menurut laporan panitia sebanyak 123 orang ditambah 16 peserta dari UIN Sutan Syarif Kasim (Suska) dan perwakilan Kopertais Riau. Dalam sambutannya, Dr. Sururin sudah banyak berharap kehadiran para pejabat terkait dari Kementerian Agama karena tanpa kehadirian mereka forum ini akan dikesankan forum “liar”. Meskipun komunikasi terus dilakukan dengan pihak Kementerian Agama, tetapi akhirnya para pejabat tersebut ternyata tidak bisa juga menghadiri kegiatan ini. Untungny, kata beliau, masih ada “Bapak” kita yang bisa dimohon untuk menjadi tempat untuk sharing pengalaman dan program dalam kegiatan ini, yaitu Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada yang dulu pernah menjabat direktur Diktis Kemenag.

Peserta dari STAIN Ponorogo diwakili oleh Iza Hanifuddin, Ph.D. selaku Kepala Pusat Audit Mutu Internal dan Pengendalian Mutu dan Dr. Nur Kolis, M.Ag. selaku Kepala Pusat Standar Mutu yang hadir mewakili Kepala P2M, Dr. Ahmadi dan Sekretaris P2M, Dr. Umi Rohmah yang mesti menyiapkan diri untuk menghadapi visitasi akreditasi institusi STAIN Ponorogo pada Jumat 22 April 2016. Pembukaan kegiatan dimulai jam 20.00 WIB dengan dibuka oleh Rektor UIN Suska, Prof. Dr. Mundzir Hitami, M.A. mewakili Direktur Diktis, Prof. Dr. Amsal Bakhtiar yang disesali oleh panitia dan peserta karena tidak hadir dalam acara tersebut. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan bahwa sejarah alih status UIN Suska ini cukup berani melangkah mendahului kebijakan pusat. Meskipun pada awalnya cukup pelik dan problematik, tetapi akhirnya berhasil juga menjadi UIN. UIN Suska menjadi UIN keempat setelah Jakarta, Malang, dan Yogjakarta yang artinya masih termasuk kategori al-sâabiqûn al-awwalûn. Oleh karena itu, bermimpi itu boleh, tetapi yang lebih penting bagaimana tetap terus bekerja memastikan mimpi itu menjadi kenyataan. Jangan hanya mimpi tanpa kerja karena tanpa kerja berarti mimpi sepanjang hayat. Sambutan pembukaan diawali oleh tari persembahan oleh mahasiswa UIN Suska dan ditutup dengan pemukulan gong oleh Rektor.

 

Sesi pascapembukaan ialah narasi mutu oleh dua orang narasumber, yaitu Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Prof. Dr. Mundzir Hitami, M.A. Rektor UIN Sutan Syarif Kasim. Pada kesempatan tersebut Prof. Dr. Dede Rosyada menjelaskan bahwa lembaga penjaminan mutu itu tidak hanya BAN PT, masih ada banyak lembaga perangking perguruan tinggi dunia yang terus bekerja tanpa diminta oleh masing-masing perguruan tinggi dengan standar yang mereka miliki. Banyak pengguna alumni justru menjadikan hasil lembaga perangking ini sebagai acuan internasional. Alumni PTKIN sekarang ini dihadapkan pada MEA (Masyarakat Ekonomi Asia) yang mau tidak mau dituntut bersaing dengan dunia internasional. Oleh karena itu, setiap lembaga PTKIN harus menjelang semua perkembangan ini demi memastikan alumninya bisa bersaing secara global. Akreditasi BAN PT hanya memastikan persaingan di antara anak bangsa di Indonesia ini, lebih dari itu persaingan global menuntut hadirnya pengelola lembaga PTKIN untuk menyongsong persaingan internasional ini. Cara yang bisa ditempuh salah satunya ialah me-recognize mutu PTKIN ke ranah standar internasional, baik dalam bentuk expert dosen, kegiatan akademik internasional, jurnal internasional, jumlah mahasiswa internasional, dosen PTKIN yang mengajar di PT luar negeri, dan sebagainya. Lima hal ini harus diekpos besar-besaran di ranah internasional karena jika tidak, maka perguruan tinggi tidak akan pernah bisa masuk rangking internasional. Dalam konteks jurnal, perguruan tinggi harus mendorong semua dosennya dengan sarana, dana, dan kebijakan untuk menulis jurnal internasional agar segera terekspos dan terakses oleh seluruh dunia. Dalam kesempatan berikutnya, Prof. Dr. Mundzir Hitami, M.A. juga menegaskan bahwa UIN Sutan Syarif Kasim, M.A. telah memastikan peran internasional ini dengan membentuk forum perguruan tinggi tingkat Asean. Posisi beliau sekarang ialah sebagai Presiden AUIA, yaitu forum perguruan tinggi Asia yang meliputi Indonesia, Malaysia, Brunai, dan Thailand di mana ketika awal berdiri tahun 2012 hanya UIN Suska dan IAIN Antasari Banjarmasin yang menjadi anggota forum ini dari Indonesia. Sampai saat ini sudah banyak perguruan tinggi yang menjadi anggota, salah satunya STAIN Ponorogo. Forum ini akan terus mendorong mutu dalam kancah internasional, khususnya perguruan tinggi keislaman, baik dalam bentuk pembuatan jurnal keislaman internasional, kajian keislaman internasional, dan sebagainya.

Pada hari Rabu, 20 April 2016 sesi pagi kegiatan seharusnya disampaikan oleh Kasubdit Ketenagaan dan Kasubdit Kelembagaan Kementerian Agama tentang kebijakan Peningkatan Standar Mutu Dosen dan Ketenagaan Kependidikan PTKIN dan Kebijakan Penguatan Institusi Penjaminan Mutu PTKIN. Bagaimanapun, kedua-dua Kasubdit tersebut juga tidak hadir dalam kegiatan ini tanpa ada penjelasan resmi dari pihak panitia. Akhirnya, kegiatan sesi berikutnya dimajukan, yaitu Lesson Learn Mutu dari beberapa PTKIN, yaitu UIN Jakarta, Makasar, Malang, dan lain-lain. Sesi Lesson Learn ini berakhir cukup cepat karena respon dari peserta tidak ada alias tidak ada yang bertanya sama sekali. Bagaimanapun ada beberapa pelajaran yang bisa kita tindaklanjuti dalam konteks STAIN Ponorogo, yaitu UIN Palembang menjadi satu-satunya PTKIN yang sudah ISO 2015, UIN Malang sudah menerapkan absensi online untuk kuliah mahasiswa dan jam kerja pegawai, UIN Jakarta memberikan bantuan dana untuk memastikan para dosennya berhasil menulis jurnal internasional standar Scopus, STAIN Sorong memiliki program kerjasama dengan luar negeri di mana setiap tahun sebagian besar dosennya mesti ke luar negeri, baik Jepang, Qatar, Turki, Korea, Malaysia, dan sebagainya. Selain itu, jurnal internasionalnya yang ditulis oleh para dosen dan mahasiswanya sudah lebih tinggi lagi, yaitu setingkat Thomson, mengalahkan UIN Jakarta dan berani melatih perguruan tinggi mana pun untuk menulis jurnal internasional ini, termasuk melatih UIN Jakarta. Padahal, P2M STAIN Sorong hanya ada Ketua P2M tanpa ada sekretaris dan staf. Hal ini disebabkan jumlah dosen tetapnya hanya 25 orang dengan 800 mahasiswa. Dari Surabaya, UINSA terdapat pelajaran telah memiliki 7 Jurnal yang terakreditasi. 1 di ataranya terindex scopus, yaitu JIIS. JIIS mendapatkan status terindex di SCOPUS pada tanggal 5 april 2016, 16 bulan setelah mengajukan indexasi. Tepatnya November 2014. Pencapaian ini merupakan buah manis dari usaha menjaga mutu jurnal dan kerjasama yang baik antar tim pengelola dan kontributor penulis. (Kang & Iza)